Langsung ke konten utama

EGO


          Apa itu Alter Ego?

EGO

           Malam ini terasa kalut, emosi dan pikiran-pikiran yang sedang berisiknya bersahut-sahutan sering sekali melemparku pada jurang kenestapaan. Menamparku seakan berkata “Berpijaklah cepat! Sebelum semua hangus sebab tingkah polahmu sendiri!”. Membisu, memikirkan ribuan kunang-kunang yang terlanjur manja memeluk pikiranku sendiri.

Malam terus melarut, jam dinding pun tak lelah 24 jam mengingatkanku pada waktu-waktu yang sering kulepas tanpa makna, sering kubiarkan tanpa ada gejolak perubahan ataupun mengaungkan hasil di kesunyian-kesunyian bersama dingin yang menusuk ke tulang-tulang. Aku terduduk kembali, meratapi sepi di depan meja kamar berwarna hijau yang dulu sengaja dibelikan kedua malaikat tanpa sayap kepadaku. Helaan napas lolos tanpa kuminta, melepaskan beban yang tak bisa untukku taksir berapa jumlahnya. Kepalaku minta direbahkan katanya, tiba-tiba kedua tanganku rela menjadi alas penopang kepala yang isinya amburadul dan sampah-sampah lama yang belum sempat dibuang pada tempatnya.

Crowded! Croewded! Crowded! Why i can to be like this? Are you seriously, it’s not me! It’s not who i’m! comeback, c’mon!

Ego telah banyak memberi jarak. Ia berefleksi pada sikap-sikap yang tak kuhendaki mampir dalam diriku, pada solah laku yang tetiba tak terkendali dalam diriku sendiri, pada pikiran-pikiran yang membuatku semakin jahat tanpa kusadari. Pada kesalahan-kesalahn langkah yang sering kuputuskan ataupun ketergesa-gesaan akan ribuan hal. Apakah ini konsep semesta? Yang selalu senang mengajariku secara terbuka, tanpa tading aling-aling.

Ego sangat lihai menghasut diriku berubah menjadi jahat kepada semua orang. Menjarah hati dan pikiranku untuk terus menganggap segala hal yang berasal dalam diriku adalah benar, semua yang keluar dari ku adalah bijak, semua yang terlontar dalam diriku adalah jawaban yang tepat, dan semua dalam diriku adalah baik. Betapa egois dan sombong sekali jiwa ini, dengan mudahnya membuat klaim hal-hal seperti itu.

Sepiku kini semakin ramai. Menjelang tengah malam malah menjadi-jadi, semua berebut mengeluarkan pendapat. Mata, telinga, hidung, mulut, kaki, hati, dan otakku menumpahkan kesal, ribut membuat daftar-daftar kesalahan yang berderet menjadi barisan tak terhingga. Menyeleksi setiap lakon yang pernah kubuat, mulai dari mata mendikte ku, bahwa tidak semua yang kamu amati benar. Telinga, bahwa tidak semua yang kamu dengar adalah kejujuran. Hidung, bahwa tidak semua yang kamu bau adalah absah. Kaki, bahwa tidak semua yang kamu langkahkan adalah tepat. Mulut, bahwa tidak semua yang kamu ucap adalah baik. Hati, bahwa tidak semua yang bisa kamu rasakan tentang orang lain itu sebuah kebenaran. Otak, bahwa tidak semua yang ada dalam pikiranmu adalah hebat. Kecuali tangan, sebab ia masih rela mendampingiku sebagai penopang kepala, kadang ia juga mengelus-elus puncak kepala penuh kelembutan agar tak terlalu keras kepalaku ini berdenyut akibat ulah pikiranku sendiri.

Aku terkantuk-kantuk di meja kamarku, mataku jadi sering membuka-menutup bahkan sudah agak buram untuk melihat pukul berapa saat ini. Entahlah, saat ini yang ku inginkan adalah  berubah. Memperbaiki sikap, pikiran, dan hatiku yang mulai tak terarah. Baiklah sudah, aku ingin tidur nyenyak untuk kembali mendamaikan seluruh anggota tubuhku yang sudah meronta lelah. “Aku mau berubah”.

 

Angrahita


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita

CERITA Pada hari dimana ketidaksiapan itu hadir Kembali berpasrah ku kepada rasa Satu langkah, sebagian sayap patah Dua langkah, terduduk habis sayap patah Sampai ku bertatap, ku tertunduk Sampai ku menatap, kiasan luka Kalau gores pena selalu mendayu-dayu Tiap baris buku tanpa tuju Lalu, dimana arah langkah yang menjanjikan sebuah cerita? ~skr

Tuju yang Lurus

Kemana perginya suatu tuju yang lurus? Padahal itu dasar pondasi  Untuk tetap tegak berdiri Layaknya saka di rumahmu Kata orang, Kita generasi milenial Kenapa gerak raga dan jiwa kian lemah? Tuju yang lurus adalah bualan Sebagian diantara kamu Huruf kapital itu selalu di depan Sebagai awal yang beringsut diikuti Huruf kecil berjejeran.. Pada beradamu di tingkat atas dan bawah Jadilah awal pembenaran tuju yang lurus #jamujatikendil ~skr

DEWASA INI AKU MUMET

  “Berjalanlah saja masih   terus berjalan, meskipun kita tak tahu seberapa jauh jalan ini nanti. Meskipun kita tidak kunjung tahu dimana ujung jalan ini nanti dan kita tak juga terhenti, selalu berjalan.” (Sisir Tanah, Lagu Pejalan)   Jalan cerita hidup memang rumit ya? Ada yang berkelok-kelok, mulus seperti jalan tol, menanjak seperti mendaki gunung, menurun, terjal, atau malah diam di tempat saja. Mungkin juga malah seperti kerumitan antara aku dan kamu (?) yang suka menggantung dan tidak ada kepastian. Hahahaha, tidaklah ya kawan itu bagian intermezzo saja. Kamu sendiri berada dibagian mana? Tentunya pilihanmu hari ini bakal menentukan tantangan apa yang akan kamu hadapi nantinya. Pada perjalanan hidup yang panjang ini, sudahkah kamu menemukan apa sebenarnya yang ingin kamu cari? Kau tahu, semesta semakin merenta dan   tak luput dari realita,   jika kita juga bertambah tua berdasar akumulasi usia. Cepat sekali ya, ternyata menjadi tua lebih cepat tan...